Sebuah perpisahan
By:GOSYEN ZIO TIMOTY LAJANTO TJANDRA (Gosyen)
Malam situasinya tenang penuh keheningan. Di bawah sinar rembulan yang lembut, Cristian dan Ifana berjalan beriringan di jalan kecil yang sering mereka lewati. Angin malam berhembus pelan, membawa tawa kecil di antara cerita yang mereka bagi.
Dalam suka dan duka, keduanya selalu bersama. Mereka tahu cara untuk saling menghibur, bahkan ketika dunia terasa berat. Namun malam itu, Cristian tiba-tiba berhenti melangkah. Wajahnya sendu, dan suaranya lirih.
“Maaf Ifana,” ucapnya pelan. “sepertinya kita harus berpisah. Ayahku akan pergi jauh, dan aku harus ikut dengannya. Tapi aku janji... suatu hari nanti, aku akan kembali dan kita akan bertemu lagi.”
Ifana menatapnya, matanya berkaca-kaca ia menahan air mata yang hampir membasahi pipinya.
“Baiklah,” jawabnya dengan suara bergetar. “Tapi jangan lupakan janji kita. Mari bertemu lagi ketika kita sudah dewasa.”
Keheningan malam itu menjadi saksi perpisahan dua hati muda yang belum benar-benar mengerti arti dari perpisahan. Mereka berpisah dengan sebuah harapan dan semangat untuk mengejar cita-cita masing-masing, dan ketika waktunya tiba mereka akan kembali menyatu.
Hari-hari silih berganti tak terasa sepuluh tahun mereka telah berpisah. Takdir mempertemukan mereka kembali. Tanpa sengaja, mereka bertemu di suatu taman.
Perlahan matahari mulai tenggelam, langit berwarna jingga terpampang indah di ufuk barat.
Cristian dan Ifana duduk dibangku taman, bercerita tantang masa lalu mereka, tentang hari-hari yang tak pernah benar-benar hilang dari ingatan.
Sebelum berpisah, mereka berjanji untuk bertemu kembali keesokan harinya di sebuah kafe, agar bisa melanjutkan kisah yang sempat tertunda.
Namun keesokan harinya, Ifana datang terlambat. Ia tersenyum canggung sambil meminta maaf.
“Maaf ya Crist, aku sedikit terlambat. Tapi aku membawa seseorang untuk ikut bergabung,” katanya sambil memperkenalkan seorang teman bernama Aldi.
Percakapan mereka berlangsung hangat, sampai seorang pria lain, Nico, tiba-tiba datang dan bergabung dengan mereka. Karena serunya bercerita, tanpa mereka sadari hari pun perlahan mulai gelap pertanda malam tiba. Akhirnya mereka berpamitan dan pulang ke rumah masing-masing.
Namun sejak hari itu, hubungan Ifana dan Cristian mulai berubah. Persahabatan yang dulu hangat perlahan merenggang. Mereka jarang berkomunikasi meski hanya menanyakan kabar. Cristian merasakan kesepian seolah kehilangan separuh jiwanya.
Waktu kembali berganti, membawa keajaiban kecil. Setelah sekian lama terpisah dan tanpa komunikasi, Cristian dan Ifana akhirnya kembali berkomunikasi. Perlahan mereka memperbaiki hubungan yang sempat retak. Dari pertemuan-pertemuan sederhana, tumbuh kembali perasaan yang lama tertinggal.
Hingga pada akhirnya, mereka memutuskan untuk menikah. Kehidupan baru pun dimulai, penuh dengan tawa dan kebersamaan. Tuhan mengaruniakan dua anak untuk mereka. Satu laki-laki (Glenner Vasquez Robino) dan satu perempuan (Elena Bexxa Hoshi).
Tahun demi tahun berlalu. Anak-anak mereka tumbuh dewasa, membangun keluarga, dan menghadirkan cucu-cucu kecil yang mengisi hari-hari Cristian dan Ifana dengan kebahagiaan.
Kini pada masa tuanya, mereka duduk kembali di bawah rembulan, di tempat yang sama dimana kisa mereka dimulai. Tak ada lagi perpisahan, hanya ketenangan dan cinta yang tetap setia bersemayam dihati mereka.
Dan begitulah, mereka hidup dengan penuh damai bersama selamanya.
-TAMAT-
Editor: Wihelmus Kamis
Komentari Tulisan Ini
Tulisan Lainnya
Bunga Yang Tercabut Paksa
By:JADINE GRACIELA CONG (Jadine) Siswi Kelas VI SD Santo Fransiskus III Suatu hari, hiduplah seorang gadis bernama Dewi. Ia yatim piatu sejak kecil, Sediri di dunia yang terasa begitu
“Jejak Persahabatan Andi dan Kilan”
Oleh:KEVIN GLENNICHOLAS BENEDICT SIMANJUNTAK (Kevin) (Siswa kelas VI SD St. Fransiskus III Jakarta) Di suatu desa yang tenang, diantara hijaunya pepohonan dan riuh tawa anak-a
Boneka Beruang, Sahabat Terbaikku
By:SYALOMITA EVANGELIS RONATIO PASARIBU (Shalom) (siswi kelas VI SD St.Fransiskus III Jakarta) Sore itu, mentari perlahan tenggelam di balik jendela rumah kecil milik keluarga
Kancing Ajaib Dan Pelajaran Kejujuran
By: ELORA ABIGAIL BUTAR BUTAR (Elora) Siswi Kelas VI SD Santo Fransiskus III Lia, siswi kelas enam yang cerdas dan rajin, memiliki sebuah kancing biru laut yang selalu ia simpan denga
Mengukir Masa Depan di Papan Tulis
By : MICHELLE GABRIELLA LIAUW ANN (Michelle) Siswi Kelas VI SD Santo Fransiskus III Di sebuah sekolah sederhana, di antara riuh tawa dan langkah terburu para siswa, ada seorang gadis
Langkah Kecil Menuju Mimpi Besar
By: GABRIELLE EIFFEL FRADYTHNASEARA SETIABUDI (Eiffel) Siswi Kelas VI SD Santo Fransiskus III Namanya Amira. Ia duduk di kelas 5 SD Mentari Pagi. Amira dikenal sebagai anak ya
BERUBAH SEBELUM TERLAMBAT
By: BRIGITTA RAISSA SAMANTHA GINTING (Brigita) (Brigita adalah siswi kelas VI SD St. Fransiskus III Jakarta) Setiap anak tentu ingin diakui dan disukai oleh teman-temannya. Namun tida
Si Bobi yang Keasikan Main HP
By : ELIZABETH ALVIONA (Eli) Siswi Kelas VI SD Santo Fransiskus III Setiap hari, Bobi tidak bisa lepas dari HP-nya. begitu bangun tidur, ia langsung mentap layer. Saat makan, HP-
SAYAP PERTAHANAN BANGSA
By: NOVA MARIA KRISTINA (Nova) Siswi Kelas VI SD Santo Fransiskus III Pangkalan udara adalah tempat yang paling suci bagi mereka yang bersumpah untuk melindungi bangsa dan neg
Kunang-Kunang di Malam Hari
By: LOUISA REGINA RAE SIAGIAN (Regina) (Siswi Kelas VI SD Fransiskus III) Di balik tembok tinggi di tengah hiruk pikuk kota Jakarta, hiduplah sebuah keluarga yang tampak sempu
